
Tren Quiet Luxury: Gaya Minimalis Elegan yang Kuasai Dunia Fashion Indonesia
Tren Quiet Luxury: Gaya Minimalis Elegan yang Kuasai Dunia Fashion Indonesia
◆ Munculnya Quiet Luxury di Tengah Ledakan Fashion Konsumtif
beritalembang.com – Dalam beberapa tahun terakhir, dunia fashion Indonesia tengah mengalami pergeseran selera. Setelah bertahun-tahun dikuasai tren busana bermerek besar, penuh logo, dan warna mencolok, kini muncul gelombang baru yang lebih tenang namun eksklusif: Quiet Luxury. Gaya ini mengedepankan desain minimalis, kualitas material terbaik, serta detail yang nyaris tak mencolok.
Quiet Luxury bukan sekadar tren estetika, melainkan pernyataan gaya hidup. Orang-orang yang menganutnya ingin menunjukkan kemewahan lewat kesederhanaan, bukan kemegahan. Busana mereka terlihat biasa di mata awam, tapi sangat mahal bagi yang mengerti: potongan rapi, bahan premium, dan pengerjaan yang presisi. Inilah gaya “diam tapi berbicara” yang menjadi simbol status baru kalangan atas modern.
Fenomena ini pertama kali mencuat di kalangan selebritas global seperti Sofia Richie, Gwyneth Paltrow, dan keluarga Roy. Mereka tampil elegan dalam pakaian polos tanpa logo, tapi berasal dari brand mewah seperti The Row, Loro Piana, dan Brunello Cucinelli. Tren ini kemudian menyebar ke Asia dan mendapat sambutan hangat di Indonesia, terutama di kalangan eksekutif muda dan sosialita urban yang mulai jenuh dengan kemewahan mencolok.
◆ Ciri Khas dan Daya Tarik Quiet Luxury
Quiet Luxury memiliki beberapa ciri khas utama yang membedakannya dari tren fashion mewah lainnya. Pertama, palet warna netral dan lembut seperti beige, ivory, taupe, abu muda, atau navy pekat. Warna-warna ini memberi kesan bersih, kalem, dan klasik yang tidak lekang oleh waktu.
Kedua, potongan pakaian sederhana tapi presisi. Siluet clean, tailoring sempurna, dan konstruksi busana yang memperhatikan setiap detail jahitan menjadi ciri penting. Tidak ada ornamen berlebihan atau branding mencolok—hanya desain murni yang mengandalkan kualitas bahan dan potongan.
Ketiga, material ultra-premium seperti kasmir, sutra, wol superfine, atau katun Mesir. Material ini bukan hanya mahal, tapi juga tahan lama dan memberi kenyamanan maksimal bagi pemakainya. Aspek keberlanjutan (sustainability) juga menjadi nilai plus karena pakaian Quiet Luxury cenderung awet dan tidak cepat usang secara tren, sehingga mengurangi limbah mode.
Daya tarik utama gaya ini ada pada aura keanggunan halus (understated elegance). Orang yang memakainya terlihat tidak berusaha pamer, tapi memancarkan wibawa dan rasa percaya diri tinggi. Quiet Luxury cocok untuk mereka yang ingin tampil eksklusif tanpa mencolok, terutama dalam dunia profesional atau sosial kelas atas.
◆ Adaptasi Quiet Luxury di Industri Fashion Indonesia
Di Indonesia, tren Quiet Luxury mulai diadopsi oleh banyak desainer lokal. Brand-brand seperti Toton, Sejauh Mata Memandang, dan Studio Moral mulai menghadirkan koleksi dengan potongan bersih, warna netral, serta material organik berkualitas tinggi. Mereka menggabungkan kesederhanaan khas Quiet Luxury dengan sentuhan budaya lokal seperti tenun, songket, atau batik minimalis.
Fenomena ini juga memicu perubahan perilaku konsumen. Kaum urban muda mulai beralih dari fast fashion menuju investasi busana berkualitas tinggi yang bisa dipakai bertahun-tahun. Mereka rela membayar lebih mahal untuk satu kemeja kasmir netral daripada membeli lima kemeja trendi musiman yang cepat rusak. Kesadaran tentang nilai craftsmanship dan keberlanjutan juga meningkat pesat.
Selain di dunia high fashion, Quiet Luxury juga merambah ke lini modest wear dan office wear. Banyak label hijab premium menghadirkan busana kerja bernuansa lembut dan elegan, menjawab kebutuhan profesional muda yang ingin tampil mewah secara halus. Kehadiran influencer lokal yang mempromosikan gaya hidup simpel tapi berkelas ikut memperkuat pamor tren ini di media sosial.
◆ Masa Depan Quiet Luxury di Pasar Fashion Indonesia
Tren Quiet Luxury diprediksi bukan hanya tren sesaat, tapi akan menjadi arus utama baru (new luxury standard) di Indonesia. Dalam beberapa tahun ke depan, diperkirakan akan muncul lebih banyak brand lokal yang mengusung konsep ini secara konsisten. Konsumen menengah atas juga akan semakin cerdas, memilih kualitas dan nilai jangka panjang ketimbang sekadar mengikuti tren musiman.
Bagi industri fashion lokal, ini adalah peluang besar untuk bersaing secara global. Indonesia memiliki banyak pengrajin dan penenun berbakat yang mampu menghasilkan material premium, tinggal bagaimana brand lokal mengemasnya dalam desain modern yang sesuai dengan estetika Quiet Luxury. Dukungan pemerintah melalui pameran mode dan pendanaan UMKM kreatif juga bisa menjadi katalis pertumbuhan sektor ini.
Selain itu, tren ini juga bisa membantu mengurangi dampak lingkungan dari industri mode. Karena pakaian Quiet Luxury tahan lama dan tidak lekang zaman, konsumen akan membeli lebih sedikit, sehingga mengurangi limbah tekstil yang saat ini menjadi masalah besar industri fashion dunia.
◆ Penutup: Kemewahan yang Berbisik, Bukan Berteriak
Quiet Luxury adalah bukti bahwa kemewahan sejati tidak perlu berteriak. Ia hadir lewat kesederhanaan, kualitas, dan ketenangan desain yang memancarkan keanggunan sejati.
Tren ini menandai kedewasaan baru dalam selera fashion masyarakat Indonesia—dari pamer kemewahan menuju apresiasi terhadap craftsmanship dan keberlanjutan.
Di tengah hiruk pikuk dunia mode yang serba cepat, Quiet Luxury hadir seperti napas segar: lambat, halus, dan penuh makna.
Referensi: